Wednesday, January 16, 2019

SEJARAH PSNU PAGAR NUSA





Pagar Nusa sebagai organ dibawah naungan Nahdlatul Ulama bertugas menggali, menggembangkan, dan melestarikan pencak silat warisan wali songo khususnya dan budaya pencak silat Indonesia pada umumnya.

Dibentuk dan didirikan oleh para pendirinya tanggal 3 Januari 1986 dipondok pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. Surat keputusan NU tentang pengesahan pendirian dan kepengurusan di sahkan 9 Dzulhijjah 1406 / 16 Juli 1986 berawal dari sebuah perhatian dan skaligus keprihatinan tentang surutnya dunia persilatan dipelataran pondok pesantren. Padahal awalnya pencak silat merupakan kebanggaan yang mwnyatu dengan kehidupan dan kegiatan pondok pesantren.

Tanda-tanda kesurutan antara lain: Hilangnya peran pondok pesantren sebgai padepokan pencak silat. Awalnya pondok pesantren bias diibaratkan sebagai sentral kegiatan pencak silat. Kyai atau Ulama pengasuh pondok pesantren selalu melengkapi dirinya dengan ilmu pencak silat khususnya aspek tenaga dalam atau karomah yang dipadu dengan beladiri. Pada saat itu seorang kyai sekaligus juga menjadi pendekar pencak silat.

Disisi lain tumbuh menjamurnya perguruan pencak silat yang lahir seperti jamur dimusim penghujan. Dengan segala keanekaragaman baik dilihat dari segi agama, aqidah maupun kepercayaannya, satu sama lain bersifat tertutup menganggap dirinya paling baik dan paling kuat. Kebanyakan bersifat local sehingga tumbuhnya menjamur dan berguguran setelahnya. Untuk itulah ketika KH. Suharbillah bertemu KH. Mustofa Bisri dari Rembang dan sambatan tentang pencak NU secara khusus beliau mempertemukan dia dengan KH. Agus Maksum Jauhari yang memang sudah masyhur ahli beladiri.

Keadaan yang demikian mendorong para ulama pimpinan pondok pesantren, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat untuk musyawarah khususnya mencari jalan keluar, yaitu membuat suatu wadah yang khusus mengelolah pencak silat Nahdlatul Ulama. Pada tanggal 12 Muharrom 1406 M bertepatan tanggal 27 September 1985 berkumpulah para Ulama dan Para pendekar dipondok pesantren Tebuiireng Jombang Jawa Timur untuk musyawarah dan sepakat membentuk suatu wadah yang khusus mengurus pencak silat Nahdlatul Ulama. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat Jombang, Ponorogo, Nganjuk, Cirebon, Kalimantan dan Kediri. Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa akan segera dibentuk suatu wadah Pencak Silat Nahdlatul Ulama.

Surat keputusan resmi pembentukan tim persiapan pendirian perguruan pencak silat milik NU disahkan tanggal 27 Rabiul Awwal 1406 / 10 Desember 1985 dan berlaku sampai dengan 15 Januari 1986.

Musyawarah berikutnys diadakan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur pada tanggal 3 Januari 1986. Hadir dalam pertemuan tersebut para tokoh pencak silat  antara lain dari Pasuruan, Ponorogo, Jombng, Nganjuk, Cirebon, Kalimantan, Lumajang dan Kediri. Sedangkan utusan dari PWNU Jawa Timur yaitu KH. Bukhori Susanto yang berasal dari Kabupaten Lumajang dan KH. Suhar Billah SH.LLT. dari Pondok Pesantren An-Najiyah Sidosermo Surabaya.

Dalam musyawarah tersebut disepakati susunan pengurus harian jawa timur yang merupakan embrio pengurus pusat sebagai berikut:

Ketua Umum
:
KH. Abdullah Maksum Djauhari
Sekretaris
:
Drs. H. Fuad Anwar
Ketua Harian
:
KH. Drs. Abdur Rahan Utsman
Ketua I
:
KH. Suhar Billah, SH. LLT
Sekretaris
:
Drs. H. Fuad Anwar
Sekretaris I
:
Drs. H. Kuncoro
Sekretaris II
:
Ashar Lamro

Nama yang disepakati adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama yang disingkat IPS-NU. Pada waktu audiensi dengan Pengurus Wilayan Jawa Timur diusulkan nama oleh KH. Anas Thohir selaku Pengurus Wilayah NU Jawa Timur adalah Ikatan Pencak Silat NU Nusa Pagar yang merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU dan Bangsa. Nama tersebut diciptakan oleh KH. Mujib Ridlwan dari Surabaya, putra dari KH. Ridlwan Abdullah, pencipta Lambang NU. Simbol terdiri dari segi lima dengan warna dasar hijau dengan bola dunia didalamnya, didepannya ada pita bertulis Laa Gholiba Illa Billah yang artinya Tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan dari Allah. Dilengkapi dengan bintang sebilan dan Trisula sebagai simbol Pencak Silat. Lambang tersebut diusulkan oleh KH. Suhar Billah SH. LLT yang kemudian disempurnakan dan diubah menjadi segi lima oleh peserta Mustawarah III di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang KH. Sansuri Baidlawi sebagai sesepuh dan penasehat yang sempat hadir dalam acara tersebut menegaskan bahwa:

Logo yang berbunyi
:
Laa Gholiba Illallah
Diubah menjadi
:
Laa Gholiba Illa Billah

Untuk mebentuk susunan Pengurus tingkat Nasional PBNU membut surat pengantar Kesediaan ditunjuk menjadi pengurus. Surat pengantar tersebut ditanda tangani oleh ketua umum PBNU KH. Abdurrahan Wachid dan Rais Aam KH. Ahad Sidiq. Insya Alllah tanda tangannya KH. Ahad Sidiq merupakan tanda tangannya yang terakhir.

Lembaga Pencak Silat NU memenuhi tuntutan organisasi mengadakan Munas I yang diadaka dipondok pesantren Zainul Hasan Genggong Kraksaan Probolinggo Jawa Timur. Surat kesediaan ditanda tangani oleh KH. Saifurrizal, yang Insya Allah merupakan tanda tangan yang terakhir. Penentuan tanggal pelaksanaan munas I ditentukan oleh Kyai sendiri yaitu tanggal 20-23 Septeber 1991. Ternyata tanggal tersebut adalah 100 hari wafat beliau. Sehingga pada waktu pembukaan diadakan tahlil terlebih dahulu. Sesuai dengan hasil muktamar NU di Cipasung, Lembaga Pencak Silat NU Pagar Nusa berubah setatus dari Lebaga menjadi badan otonom. Kemudian pada saat muktamar NU di Lirboyo Kediri status Badan Otonom kembali berubah menjadi Lembaga.

Munas II Pagar Nusa dilaksanakan dipadepokan IPSI Taman mini Indonesia Indah Jakarta pada tanggal, 22 Januari 2001, yang diikuti perwakilan dari Wilayah-Wilayan IPS-NU Pagar Nusa yang ada diseluruh Indonesia. Antara lain: Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lapung, Riau, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Khusus Jawa Timur yang nota bene merupakan sentral pengembangan IPS-NU Pagar Nusa mengerahkan seluruh cabang-cabang yang ada di 35 Kabupaten/Kota se Jawa Timur dan Perwakilan dari Pondok Pesantren untuk ikut serta dalam pelaksanaan munas II di Jakarta. Pada munas II ini dibuka oleh KH. Abdurrahan Wachid yang pada saat itu adalah Presiden RI ke 4.

Adapun agenda yang dibahas dalam munas II ini antara lain:
1.      Organisasi : Mebahas masalah Peraturan Dasar Rumah Tangga ( PD/PRT ) IPS-NU Pagar Nusa
2.      Ke-PASTI-an : Mebahas asalah PASTI dan Perangakat yang lain yang meliputi seragam dan atributnya, keanggotaan, dan kepelatihan.
3.      Teknik dan Jurus : Mebahas, menggali dan menyepurnakan jurus-jurus yang sudah dimiliki oleh IPS-NU Pagar Nusa yang kemudian didokumentasikan dalam bentuk Hard Copy (buku) dan Soft Copy (kaset VCD)




1 comment: